Mediapublik.co SURABAYA – Jajak opini publik tentang angka keterpilihan kandidat pada Pilkada Jawa Timur 2024 kini mulai mencuat. Berdasarkan survei, muncul sejumlah nama yang diprediksi melenggang pada kontestasi gubernur-wakil gubernur Jawa Timur 2024.
Direktur riset Indopublika Research dan Consulting, Muchlas Jaelani menilai, riset opini publik lembaga kredibel menunjukkan kemungkinan pilkada yang kompetitif. Dalam praksis politik, riset opini publik dilakukan untuk menguji persepsi, harapan, dan evaluasi masyarakat.
“Survei tersebut tentu memuat komponen partisipasi publik (representativeness) dan riset ilmiah (scientificness). Untuk mendapatkan validitas data, pengerjaannya tentu melalui proses dan metodologi yang ketat. Karena itu, riset dan survei menjadi halaman awal masyarakat melihat dinamika pra-pilkada,” terang Muchlas.
Menurut Muchlas, berdasarkan sejumlah survei, di luar election coalition, nama petahana Khofifah Indar Parawansa masih bertengger sebagai figur dengan angka keterpilihan paling besar, bahkan di atas 40%. Berderet nama lain di bawahnya seperti Ketua Gerindra Jatim, Anwar Sadad, Ketua Golkar Jatim, M. Sarmuji, mantan Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, dan Menaker RI, Ifa Fauziyah.
Bagi Muchlas, justru perang wakil yang sangat mungkin membuat atmosfer Pilkada Jatim akan lebih kompetitif. Sederet nama calon gubernur potensial dalam jajak pendapat tak mampu menembus angka aman 50%. Karena itu, kekuatan partai koalisi dan calon wakil punya andil signifikan.
“Elektabilitas incumbent Khofifah per hari ini di angka 40%. Pilihan figur pendamping pada Pilkada 2024 akan sangat menentukan kekuatan elektoralnya. Meski memang, Khofifah berulang kali memberi sinyal politik untuk tetap menggandeng Emil,” kata Muchlas.
“Elektabilitas Emil memang menempati ranking 1 dalam bursa wakil gubernur Jatim sejauh ini. Tetapi, sebagai political force pemenangan Prabowo-Gibran pada pemilu lalu, bukan tidak mungkin Emil bakal ditunjuk menteri. Lalu siapa figur alternatif potensial pendamping Khofifah?” lanjut dia.
Diterangkan Muchlas, munculnya nama anyar Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim, Kharisma Febriansyah, yang digadang mendampingi Khofifah juga bisa menjadi duet yang bernas. Bahkan dalam simulasi survei, Khofifah-Kharisma mendapat suara lebih dari 50%.
“Kharisma tentu cocok dan pas dampingi Khofifah. Sebagai representasi figur muda-milenial, tentu sosoknya relevan dengan preferensi politik anak muda dan generasi Z. Bagaimanapun, segmen pemilih muda tercatat ada 6,3 juta, atau sekitar 20,34% dari total pemilih di Jawa Timur,” ungkap Muchlas.
“Selain Emil, Kharisma punya kans besar dampingi Khofifah pada pagelaran Pilkada Jatim besok. Dari banyak nama yang diradar, Kharisma adalah salah satu yang memiliki nilai plus untuk menyumbang kekuatan elektoral, dan diyakini bakal jadi dream team bersama Khofifah,” imbuh Muchlas.
Lanjut Muchlas, Khofifah-Kharisma layak bukan tanpa alasan. Pertama, di Jawa Timur, peta kekuatan politik parlemen Gerindra naik signifikan dibanding 2019. Pada Pemilu 2024, Gerinda berhasil menambah jumlah kursi dari 15 pada 2019 menjadi 21 pada 2024. Berbeda dengan PDIP yang justru merosot dari 27 jadi 21 kursi.
“Kekuatan parlemen Gerindra hari ini akan sangat membantu Khofifah untuk menggalang basis elektoral baru. Jangan lupa, Prabowo effect akan menjadi magnet politik untuk mencairkan pemilih Khofifah yang terkarantina. Efek elektoral Pilpres tentu akan menjadi akomodasi konkret untuk menggalang dukungan politik,” kata dia.
Kedua, lanjut Muchlas, meski tidak punya pengalaman sebagai eksekutif, Kharisma memiliki pengalaman kerja kampanye kreatif bersama Gerindra dan Prabowo. Pengalaman Kharisma sebagai Kepala Sekolah Kader DPP Gerindra dan kemenangan Prabowo di Jawa Timur menandakan dirinya adalah sosok yang kapabel dan luwes.
“Sebagai figur non-partai, Khofifah perlu sosok seperti Kharisma yang mampu mengakomodir suara di bawah dan atas. Di kalangan akar rumput, nama Kharisma lumayan populer di Jawa Timur, termasuk akses dan kedekatannya dengan elit politik atas lintar partai. Kharisma bisa jadi figur perekat semua partai koalisi pengusung Khofifah,” tegas Muchlas.
Ketiga, sebagai harmoni politik antara Khofifah dan Gerindra. Loyalitas Gerindra kepada Khofifah terlihat luar biasa. Meski Ketua DPD Gerindra juga memiliki angka elektabilitas cukup tinggi dan digadang mampu menyaingi Khofifah, tetapi mereka bersepakat sejak awal untuk setia dalam barisan pemenangan Ketum PP Muslimat NU itu.
“Harmoni Khofifah dengan Gerindra tentu akan makin mesra dengan hadirnya Kharisma. Kemesraan ini akan juga menjadi modal untuk mendapatkan simpati pemilih Gerindra dan Prabowo di Jawa Timur lebih dari 16 juta suara. Tentu duet Khofifah-Kharisma memiliki kans menang dibanding alternatif wakil lain yang diradar survei hari ini,” tutupnya. (Red)