Aksi Unjuk Rasa Berapi-api: Pemuda KEPAL Memburuknya Drama HGU PTPN VIII di Lebak

IMG 20230811 WA0084
Keterangan foto; Aksi Unjuk Rasa Pemuda Kepal, Jum'at (11/08/2023)

Mediapublik.co  Lebak-Hari ini, adegan dramatis mewarnai kota Kabupaten Lebak ketika suara sorakan pemuda-pemuda berapi-api mencapai puncaknya dalam aksi unjuk rasa yang diberi nama “Memburuknya Drama HGU PTPN VIII”.

Di bawah panas matahari yang menyengat, para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Pemuda Aksi Lingkungan (KEPAL) menggelar aksi unjuk rasa yang tak hanya berisikan tuntutan, tetapi juga gejolak rasa kecewa dan amarah.

Terkait isu kontroversial Hak Guna Usaha (HGU) PTPN VIII yang semakin meruncing, aksi unjuk rasa ini menjadi bentuk reaksi keras terhadap ketidakjelasan dan ketidaktransparanan terkait masa waktunya yang habis namun aktifitasnya tetap berlangsung. Teriakan para pemuda ini, yang berjumlah ratusan, mencerminkan kesedihan mendalam dan keprihatinan akan dampak yang bisa merambah lingkungan dan masyarakat.

Ketua Kelompok Pemuda Aksi Lingkungan (KEPAL), Riki Abrag, memimpin aksi ini dengan penuh semangat dan lantang. Dalam pidatonya yang terdengar jelas meski dibalut panasnya cuaca, Abrag tak ragu mengungkapkan rasa kecewanya terhadap respons lamban pemerintah. “Kami berjuang untuk masa depan kita, tapi kami merasa ditinggalkan. Kekhawatiran kami dianggap enteng,” ujarnya dengan nada tajam.

Orasi Abrag juga menggambarkan perasaan campur aduk para pemuda ini terhadap DPRD Kabupaten Lebak. Sambil memberikan apresiasi atas respons positif, Abrag tidak ragu menyuarakan ketidakpuasan atas tindakan yang dianggap tidak cukup tegas. “Kami ingin melihat tindakan konkret, bukan hanya janji manis saat pemilu,” cetus Abrag, suaranya semakin menggema dan menarik perhatian.

Namun, aksi unjuk rasa ini tak hanya sekadar panggung kritik lokal. Rencananya, KEPAL akan membawa gejolak ini hingga ke tingkat nasional. Aksi serupa akan digelar di Kantor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta yang berhubungan dengan PTPN Nusantara VIII. Mereka menuntut perhatian langsung dari Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir. Abrag menegaskan, “Ini bukan hanya masalah daerah, tapi masalah kita bersama.”

Aksi unjuk rasa ini mengirim pesan jelas bahwa pemuda memiliki nyali untuk bersuara, bahkan jika harus menghadapi tantangan besar. Mereka tidak hanya membawa isu lingkungan menjadi sorotan, tetapi juga menggambarkan betapa mendalamnya ketidakpuasan dan kekecewaan mereka terhadap penanganan masalah yang memiliki dampak besar terhadap masyarakat.

(David/Red)